Jumat, 16 Maret 2012

Kebun Bibit Sekolah sebagai Usaha Penyelematan Lingkungan


Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas  + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara administratif dikelola oleh  KPH Kedu Selatan dan KPH Kedu Utara. Secara ekologis, Wonosobo beserta wilayah hutannya memiliki posisi yang sangat strategis bagi pulau jawa, terutama bagi Jawa Tengah Bagian Selatan, mengingat Wonosobo merupakan tempat hulu 3 DAS besar yaitu: Serayu, Luk Ulo dan Bogowonto yang mengaliri setidaknya 6 wilayah kabupaten (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan Purworejo).
Penanaman pohon keras secara terus menerus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh sektor yang terkait untuk menekan laju kerusakan lahan. Gerakan Wonosobo menanam sebagai ikon kegiatan gemar menanam yang dilaksanakan hampir setiap tahun, secara langsung memberikan gairah dan semangat kepada seluruh masyarakat Wonosobo untuk ikut menanam pohon. Gerakan ini juga selaras dengan misi konservasi dan pemulihan lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, aktifitas ini mendukung pengarusutamaan pemulihan Dieng, yang secara tidak langsung juga memberi kontribusi penyadaran masyarakat (raising awareness) akan pentingnya konservasi.
Penanaman pohon pada gerakan Wonosobo menanam dari tahun ke tahun meningkat dan pada tahun 2008 dengan diikuti adanya gerakan wanita menanam dan gerakan pramuka menanam jumlah tanaman  keras yang ditanam  mencapai 1.175.695 batang. Seiring dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menanam pohon, luas hutan rakyat di Wonosobo juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 seluas 18.374 Ha menjadi 19.481,58 pada tahun 2009.
Wonosobo merupakan daerah tanggkapan air yang kondisi wilayahnya sangat mempengaruhi pada wilayah  dibawahnya.  Dengan sedikitnya pemahaman masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan serta pola pertanian yang tidak berpihak pada pelestarian kualitas alam, menyebabkan tanah kurus dan perluasan lahan kritis.   Kondisi kawasan sekitar Dieng dan pada wilayah  komoditas pertanian yang tidak menerapkan teknik konservasi tanah baik secara sipil teknis maupun vegetatiFp,  apabila tidak segera di kendalikan maka pada 10 tahun kedepan menjadi luasan gunung pasir dan  batu, yang akan diawali pada kawasan Dieng.  Saat ini kondisi lahan kritis telah berpengaruh pada ketersediaan sumber mata air, salah satunya keberadaan Waduk Pengilon di Dieng yang tidak berair, berkurangnya debit air serta matinya beberapa sumber mata air.  Bahkan kualitas tanah sangat kritis yang menjadikan ladang pertanian kawasan Dieng bagaikan pot besar yang membutuhkan media tanam untuk menanami komoditas pertanian.
Berbagai upaya telah di lakukan Pemda Kabupaten Wonosobo dalam upaya penanganan lahan kritis serta pemulihan kualitas tanah, baik melalui anggaran APBD maupun  anggaran APBN, bahkan dengan upaya menumbuhkan motivasi  pentingnya menanam pohon sebagai usaha pelestarian alam melalui gerakan diantaranya Perempuan Tebar Tanam Pelihara (GPTTP) dan kegiatan One Man One Tree (OMOT).  Penanganan lahan kritis yang  bertahap perlu di imbangi dengan penyadaran masyarakat sehingga  tidak terjadi perluasan lahan kritis yang terus menerus.  Strategi yang sangat tepat adalah melibatkan anak sekolah dengan membuat bibit sesuai dengan kemampuan mereka dengan konsep “bermain, berlatih, mengamati dan memiliki rasa untuk menjaga kelestarian alam ”  dalam kegiatan Kebun Bibit Sekolah (KBS).
Konsep KBS  lebih  mengajak anak sekolah bermain bersama alam sehingga target kegiatan ini adalah pembelajaran pada anak sekolah, yang setiap anak membuat ± 50 bibit yang menjadi media pembelajaran.  Sehingga dengan KBS tentunya akan memberikan efek penyadaran pada lingkungan luas dari anak sekolah, keluarga, desa, kecamatan, kabupaten.  Bibit yang dihasilkan dari berlatih dan bermain akan di tanam oleh anak sekolah bersama seluruh lapisan masyarakat, dan  yang masing-masing anak mempunyai hak untuk menanam dan memberi nama  tanamannya sebagai momen titik pembelajaran, serta awal menabung melalui menanam pohon, harapan akan cita-cita dapat tercapai. 
Dari kegiatan KBS anak sekolah akan mengenal tentang lahan kritis, serta kerugiannya dan bagaimana menjaga kelestarian alam.  Dengan  1  (satu) hektar  ditanami tanaman 400 bibit maka cukup 8 anak sekolah untuk ikut serta dalam penanganan lahan kritis seluas 1 (satu) hektar.   Mengingat pentingnya penyediaan bibit untuk  penanganan  lahan kritis dalam pelestarian lingkungan maka  harapan kami dapat terealisasinya  permohonan  pendanaan untuk kegiatan KEBUN BIBIT SEKOLAH.
Gerakan Kebun Bibit Sekolah (KBS) meripakan kegiatan pemibitan baik tanaman keras, tanaman hias maupun buah-buahan yang dilakukan oleh siswa sekolah dengan pendampingan dari guru dan instansi teknis terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo.
Konsep awal KBS dilaksanakan pada 15 (lima belas) kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Pada tahun pertama, Gerakan KBS dilaksanakan di 6 (lima) kecamatan yang penentuannya didasarkan pada jumlah lahan kritis yang ada yaitu: Kecamatan Kertek, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Watumalang.
Tujuan Gerakan KBS adalah:
  1. Menumbuhkan tanggungjawab dan kecintaan yang tertanam dalam diri siswa pada pelestarian alam dan rehabilitasi lingkungan
  2. Memberikan pembelajaran pada siswa akan hasil yang dicapai karena suatu proses dan usaha
  3. Memberikan pemahaman pada siswa arti penting kerjasama untuk mencapai tujuan dan mempertahankan kelestarian alam
  4. Kepedulian siswa terhadap penanganan lahan kritis, serta pelestarian sumber mata air.
Gerakan KBS pada tahun pertama di lakukan di 6 (enam) kecamatan yang penentuannya didasarkan pada jumlah lahan kritis yang ada yaitu: Kecamatan Kertek, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Garung dan Kecamatan Watumalang dan Kecamatan Mojotengah.
Lokasi pembibitan pada areal kebun sekolah, atau lahan sekitar sekolah yang memenuhi syarat lokasi pembibitan yaitu  :

  1. Luas lahan ± 100 m2, dan datar
  2. Tersedia air
  3. Tidak ternaungi
Dari 6 (enam) kecamatan, direncanakan sebanyak 298 sekolah yang terbagi per jenjang pendidikan sebagai berikut:
SD/MI : 3000 bibit x    243 :    729.000    KBS
SMP/MTs : 5000 bibit x    42 :    205.000    KBS
SMA/MA : 6000 bibit x    23 :    138.000    KBS
Jumlah : 298 :    1.072.000    KBS
Jumlah total minimal bibit yang bisa dihasilkan 1.072.000 bibit, dengan luas  lokasi penanaman sekitar 2.680 ha.
Distribusi lokasi dan jenis tanaman Kebun Bibit Sekolah (KBS) per kecamatan sebagaimana terlampir.
Secara Teknis, pelaksanaan kegiatan KBS adalah sebagai berikut:
  1. Kegiatan pembuatan bibit KBS dilakukan oleh siswa pramuka atau untuk tingkatan SD dilaksanakan oleh kelas V (lima) SD, tingkatan SMP dilaksanakan kelas VIII (delapan), tingkatan SMA dilaksanakan kelas XI (sebelas).
  2. Pendamping kegiatan KBS di sekolah dilakukan langsung guru biologi/IPA, dan menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dalam koordinasi UPTD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Wonosobo yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Wonosobo.
  3. Seluruh pengawalan teknis pembibitan kegiatan Kebun Bibit Sekolah lingkup kecamatan dilakukan   Penyuluh      Kehutanan    Lapangan/PKL  Kecamatan     yang    langsung melakukan koordinasi dengan guru IPA, yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo.
  4. Koordinator kegiatan KBS pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo menjadi tanggung jawab Kepala Dinas, dengan pengawalan teknis perbenihan pada Seksi Perbenihan dan Pembinaan Sarana Produksi.
  5. KBS pada tingkat  kecamatan dipimpin langsung oleh Camat yang mengkoordinir seluruh instansi dan unsur yang terkait yang bertanggungjawab langsung atas keberhasilan KBS.
  6. Kegiatan Kebun Bibit sekolah merupakan  pelatihan bagi siswa dalam membuat bibit , yang  merupakan uji coba keberhasilan pembuatan bibit oleh siswa, yang setiap tahun jumlah akan ditambah serta penyempurnaan dalam pelaksanaannya.   Untuk memacu keberhasilan KBS maka kegiatan ini akan dilombakan, yang penyerahan  hadiah dilaksanakan saat penanaman perdana KBS oleh Bapak Bupati Wonosobo
Untuk mendukung Gerakan KBS tersebut, tentunya diperlukan modal awal operasional pembibitan untuk masing-masing siswa sebagai bentuk stimulant.
Dalam pelaksanaan Gerakan KBS, Pemerintah Kabupaten Wonosobo karena keterbatasan anggaran, bekerja sama dengan dunia usaha sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan di Kabupaten Wonosobo.
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana, 2005)
Diharapkan dunia usaha dan dunia industri memiliki rasa tanggung jawab social terhadap kelestarian alam dan lingkungan.

0 komentar:

Posting Komentar