Sabtu, 24 Maret 2012
Kamis, 22 Maret 2012
Peraturan Presiden Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Presiden Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat diunduh disini
Modul Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Modul Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sesuai Perpres 54/2010 dapat diunduh disini
Kebijakan Pendidikan Dasar Provinsi Jawa Tengah
Kebijakan Pendidikan Dasar Provinsi Jawa Tengah dapat diunduh disini
Sabtu, 17 Maret 2012
Petunjuk Teknis Pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2011
Petunjuk Teknis Pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2011 dapat diunduh di:
e-Procurement Bidang Pendidikan SMP Dinas Dikpora Kab. Wonosobo
Informasi Pengadaan Barang/Jasa Bidang Pendidikan SMP Dinas Dikpora Kab. Wonosobo secara elektronik (e-procurement) bisa dilihat di
Jumat, 16 Maret 2012
Daftar SMP Yang Belum Melengkapi Proposal Bantuan Keuangan 2012
Berikut adalah SMP yang belum mengumpulkan proposal Bantuan Keuangan 2012 sampai dengan tanggal 17 Maret 2011 jam 10 : 00 WIB :
- SMP 2 Garung
- SMP 3 Garung
- SMP 1 Garung
- SMP 5 SATAP Kalibawang
- SMP Ma'Arif Kalibawang
- SMP 4 SATAP Kalibawang
- SMP 1 Kalikajar
- SMP Muh. Kaliwiro
- SMP 6 SATAP Kaliwiro
- SMP 5 Kaliwiro
- SMP Muh. Tieng
- SMP 7 SATAP Kepil
- SMP 6 SATAP Kepil
- SMP 3 Kertek
- SMP PGRI Leksono
- SMP Thaqassus Al Qur'an 2 Deroduwur
- SMP 3 Mojotengah
- SMP Thaqassus Al Qur'an Kalibeber
- SMP 1 Mojotengah
- SMP 3 SATAP Sapuran
- SMP 4 Sapuran
- SMP Muh. Sapuran
- SMP 3 Sukoharjo
- SMP 10 SATAP Wadaslintang
- SMP 9 SATAP Wadaslintang
- SMP 7 SATAP Wadaslintang
- SMP 8 SATAP Wadaslintang
- SMP 5 Wadaslintang
- SMP 2 Wadaslintang
- SMP Islam Wadaslintang
- SMP 6 SATAP Watumalang
- SMP 4 SATAP Watumalang
- SMP 1 Watumalang
- SMP Bhakti Mulia
- SMP 1Wonosobo
- SMPLB Dena Upakara
- SMPLB Karya Bhakti
Bagi sekolah yang sudah mengumpulkan tetapi masih tercantum dalam daftar diatas untuk mengkonfirmasi ke 081327235495 (Ibu Elida Nuraini)
Bagi sekolah yang belum mengumpulkan dimohon segera mengumpulkan.
Kebun Bibit Sekolah sebagai Usaha Penyelematan Lingkungan
Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara administratif dikelola oleh KPH Kedu Selatan dan KPH Kedu Utara. Secara ekologis, Wonosobo beserta wilayah hutannya memiliki posisi yang sangat strategis bagi pulau jawa, terutama bagi Jawa Tengah Bagian Selatan, mengingat Wonosobo merupakan tempat hulu 3 DAS besar yaitu: Serayu, Luk Ulo dan Bogowonto yang mengaliri setidaknya 6 wilayah kabupaten (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan Purworejo).
Penanaman pohon keras secara terus menerus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh sektor yang terkait untuk menekan laju kerusakan lahan. Gerakan Wonosobo menanam sebagai ikon kegiatan gemar menanam yang dilaksanakan hampir setiap tahun, secara langsung memberikan gairah dan semangat kepada seluruh masyarakat Wonosobo untuk ikut menanam pohon. Gerakan ini juga selaras dengan misi konservasi dan pemulihan lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, aktifitas ini mendukung pengarusutamaan pemulihan Dieng, yang secara tidak langsung juga memberi kontribusi penyadaran masyarakat (raising awareness) akan pentingnya konservasi.
Penanaman pohon pada gerakan Wonosobo menanam dari tahun ke tahun meningkat dan pada tahun 2008 dengan diikuti adanya gerakan wanita menanam dan gerakan pramuka menanam jumlah tanaman keras yang ditanam mencapai 1.175.695 batang. Seiring dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menanam pohon, luas hutan rakyat di Wonosobo juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 seluas 18.374 Ha menjadi 19.481,58 pada tahun 2009.
Wonosobo merupakan daerah tanggkapan air yang kondisi wilayahnya sangat mempengaruhi pada wilayah dibawahnya. Dengan sedikitnya pemahaman masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan serta pola pertanian yang tidak berpihak pada pelestarian kualitas alam, menyebabkan tanah kurus dan perluasan lahan kritis. Kondisi kawasan sekitar Dieng dan pada wilayah komoditas pertanian yang tidak menerapkan teknik konservasi tanah baik secara sipil teknis maupun vegetatiFp, apabila tidak segera di kendalikan maka pada 10 tahun kedepan menjadi luasan gunung pasir dan batu, yang akan diawali pada kawasan Dieng. Saat ini kondisi lahan kritis telah berpengaruh pada ketersediaan sumber mata air, salah satunya keberadaan Waduk Pengilon di Dieng yang tidak berair, berkurangnya debit air serta matinya beberapa sumber mata air. Bahkan kualitas tanah sangat kritis yang menjadikan ladang pertanian kawasan Dieng bagaikan pot besar yang membutuhkan media tanam untuk menanami komoditas pertanian.
Berbagai upaya telah di lakukan Pemda Kabupaten Wonosobo dalam upaya penanganan lahan kritis serta pemulihan kualitas tanah, baik melalui anggaran APBD maupun anggaran APBN, bahkan dengan upaya menumbuhkan motivasi pentingnya menanam pohon sebagai usaha pelestarian alam melalui gerakan diantaranya Perempuan Tebar Tanam Pelihara (GPTTP) dan kegiatan One Man One Tree (OMOT). Penanganan lahan kritis yang bertahap perlu di imbangi dengan penyadaran masyarakat sehingga tidak terjadi perluasan lahan kritis yang terus menerus. Strategi yang sangat tepat adalah melibatkan anak sekolah dengan membuat bibit sesuai dengan kemampuan mereka dengan konsep “bermain, berlatih, mengamati dan memiliki rasa untuk menjaga kelestarian alam ” dalam kegiatan Kebun Bibit Sekolah (KBS).
Konsep KBS lebih mengajak anak sekolah bermain bersama alam sehingga target kegiatan ini adalah pembelajaran pada anak sekolah, yang setiap anak membuat ± 50 bibit yang menjadi media pembelajaran. Sehingga dengan KBS tentunya akan memberikan efek penyadaran pada lingkungan luas dari anak sekolah, keluarga, desa, kecamatan, kabupaten. Bibit yang dihasilkan dari berlatih dan bermain akan di tanam oleh anak sekolah bersama seluruh lapisan masyarakat, dan yang masing-masing anak mempunyai hak untuk menanam dan memberi nama tanamannya sebagai momen titik pembelajaran, serta awal menabung melalui menanam pohon, harapan akan cita-cita dapat tercapai.
Dari kegiatan KBS anak sekolah akan mengenal tentang lahan kritis, serta kerugiannya dan bagaimana menjaga kelestarian alam. Dengan 1 (satu) hektar ditanami tanaman 400 bibit maka cukup 8 anak sekolah untuk ikut serta dalam penanganan lahan kritis seluas 1 (satu) hektar. Mengingat pentingnya penyediaan bibit untuk penanganan lahan kritis dalam pelestarian lingkungan maka harapan kami dapat terealisasinya permohonan pendanaan untuk kegiatan KEBUN BIBIT SEKOLAH.
Gerakan Kebun Bibit Sekolah (KBS) meripakan kegiatan pemibitan baik tanaman keras, tanaman hias maupun buah-buahan yang dilakukan oleh siswa sekolah dengan pendampingan dari guru dan instansi teknis terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo.
Konsep awal KBS dilaksanakan pada 15 (lima belas) kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Pada tahun pertama, Gerakan KBS dilaksanakan di 6 (lima) kecamatan yang penentuannya didasarkan pada jumlah lahan kritis yang ada yaitu: Kecamatan Kertek, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Watumalang.
Tujuan Gerakan KBS adalah:
Penanaman pohon keras secara terus menerus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh sektor yang terkait untuk menekan laju kerusakan lahan. Gerakan Wonosobo menanam sebagai ikon kegiatan gemar menanam yang dilaksanakan hampir setiap tahun, secara langsung memberikan gairah dan semangat kepada seluruh masyarakat Wonosobo untuk ikut menanam pohon. Gerakan ini juga selaras dengan misi konservasi dan pemulihan lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, aktifitas ini mendukung pengarusutamaan pemulihan Dieng, yang secara tidak langsung juga memberi kontribusi penyadaran masyarakat (raising awareness) akan pentingnya konservasi.
Penanaman pohon pada gerakan Wonosobo menanam dari tahun ke tahun meningkat dan pada tahun 2008 dengan diikuti adanya gerakan wanita menanam dan gerakan pramuka menanam jumlah tanaman keras yang ditanam mencapai 1.175.695 batang. Seiring dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menanam pohon, luas hutan rakyat di Wonosobo juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 seluas 18.374 Ha menjadi 19.481,58 pada tahun 2009.
Wonosobo merupakan daerah tanggkapan air yang kondisi wilayahnya sangat mempengaruhi pada wilayah dibawahnya. Dengan sedikitnya pemahaman masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan serta pola pertanian yang tidak berpihak pada pelestarian kualitas alam, menyebabkan tanah kurus dan perluasan lahan kritis. Kondisi kawasan sekitar Dieng dan pada wilayah komoditas pertanian yang tidak menerapkan teknik konservasi tanah baik secara sipil teknis maupun vegetatiFp, apabila tidak segera di kendalikan maka pada 10 tahun kedepan menjadi luasan gunung pasir dan batu, yang akan diawali pada kawasan Dieng. Saat ini kondisi lahan kritis telah berpengaruh pada ketersediaan sumber mata air, salah satunya keberadaan Waduk Pengilon di Dieng yang tidak berair, berkurangnya debit air serta matinya beberapa sumber mata air. Bahkan kualitas tanah sangat kritis yang menjadikan ladang pertanian kawasan Dieng bagaikan pot besar yang membutuhkan media tanam untuk menanami komoditas pertanian.
Berbagai upaya telah di lakukan Pemda Kabupaten Wonosobo dalam upaya penanganan lahan kritis serta pemulihan kualitas tanah, baik melalui anggaran APBD maupun anggaran APBN, bahkan dengan upaya menumbuhkan motivasi pentingnya menanam pohon sebagai usaha pelestarian alam melalui gerakan diantaranya Perempuan Tebar Tanam Pelihara (GPTTP) dan kegiatan One Man One Tree (OMOT). Penanganan lahan kritis yang bertahap perlu di imbangi dengan penyadaran masyarakat sehingga tidak terjadi perluasan lahan kritis yang terus menerus. Strategi yang sangat tepat adalah melibatkan anak sekolah dengan membuat bibit sesuai dengan kemampuan mereka dengan konsep “bermain, berlatih, mengamati dan memiliki rasa untuk menjaga kelestarian alam ” dalam kegiatan Kebun Bibit Sekolah (KBS).
Konsep KBS lebih mengajak anak sekolah bermain bersama alam sehingga target kegiatan ini adalah pembelajaran pada anak sekolah, yang setiap anak membuat ± 50 bibit yang menjadi media pembelajaran. Sehingga dengan KBS tentunya akan memberikan efek penyadaran pada lingkungan luas dari anak sekolah, keluarga, desa, kecamatan, kabupaten. Bibit yang dihasilkan dari berlatih dan bermain akan di tanam oleh anak sekolah bersama seluruh lapisan masyarakat, dan yang masing-masing anak mempunyai hak untuk menanam dan memberi nama tanamannya sebagai momen titik pembelajaran, serta awal menabung melalui menanam pohon, harapan akan cita-cita dapat tercapai.
Dari kegiatan KBS anak sekolah akan mengenal tentang lahan kritis, serta kerugiannya dan bagaimana menjaga kelestarian alam. Dengan 1 (satu) hektar ditanami tanaman 400 bibit maka cukup 8 anak sekolah untuk ikut serta dalam penanganan lahan kritis seluas 1 (satu) hektar. Mengingat pentingnya penyediaan bibit untuk penanganan lahan kritis dalam pelestarian lingkungan maka harapan kami dapat terealisasinya permohonan pendanaan untuk kegiatan KEBUN BIBIT SEKOLAH.
Gerakan Kebun Bibit Sekolah (KBS) meripakan kegiatan pemibitan baik tanaman keras, tanaman hias maupun buah-buahan yang dilakukan oleh siswa sekolah dengan pendampingan dari guru dan instansi teknis terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo.
Konsep awal KBS dilaksanakan pada 15 (lima belas) kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Pada tahun pertama, Gerakan KBS dilaksanakan di 6 (lima) kecamatan yang penentuannya didasarkan pada jumlah lahan kritis yang ada yaitu: Kecamatan Kertek, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Watumalang.
Tujuan Gerakan KBS adalah:
- Menumbuhkan tanggungjawab dan kecintaan yang tertanam dalam diri siswa pada pelestarian alam dan rehabilitasi lingkungan
- Memberikan pembelajaran pada siswa akan hasil yang dicapai karena suatu proses dan usaha
- Memberikan pemahaman pada siswa arti penting kerjasama untuk mencapai tujuan dan mempertahankan kelestarian alam
- Kepedulian siswa terhadap penanganan lahan kritis, serta pelestarian sumber mata air.
Langganan:
Postingan (Atom)